Dapat dilihat bahwa bobroknya karakter
suatu bangsa terlihat dari banyaknya problematika yang terjadi, tidak hanya
dari masyarakatnya namun pejabat tinggi negaranya pun ikut menyempurnakan kebobrokan
karakter bangsanya. Sudah tidak asing lagi di Indonesia mendengar
masalah-masalah seperti tawuran antarsekolah bahkan tawuran antar kampung,
banyaknya kasus kematian yang disebabkan oleh narkoba, pejabat tinggi yang
tidak memiliki rasa malu walaupun sudah jelas-jelas melakukan korupsi,
kemiskinan yang terlihat jelas di setiap sudut kota-kota besar, dan
konflik-konflik besar yang sebenarnya hanya karena masalah kecil yang tidak
perlu untuk dibesar-besarkan.
Menurut data dari KPAI, jumlah tawuran
antarpelajar semakin meningkat. Pada tahun 2012 telah terjadi 147 kasus dengan
jumlah tewas 17 orang, tahun berikutnya 2013 telah terjadi 255 kasus dengan
jumlah tewas 20 orang, tahun 2014 Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima
2.737 kasus kekerasan termasuk tawuran yang naik hingga 10% dan di tahun 2015
Komnas PA bahkan telah memprediksi kasus tawuran dan kekerasan meningkat
sekitar 12-18%. Belum lagi ditambah dengan data penyalahgunaan narkotika yang
mengalami peningkatan. Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), di
Indonesia jumlah penyalahgunaan narkoba sekitar 200 juta orang meninggal per
tahunnya (tempo.co). Penggunaan narkoba tercatat sebanyak 315 juta orang
pada usia produktif 15 hingga 64 tahun. Dan yang paling terlihat bahwa lemahnya
karakter bangsa ini adalah dari banyaknya pejabat Negara yang tertangkap dalam
kasus korupsi, seperti Irjen Djoko Susilo, Luthfi Hassan Ishaaq, Rudi
Rubiandini, Ratu Atut Choisiyah, Miranda S. Goeltom, Aulia Pohan, Burhanuddin
Abdullah, M. Nazaruddin, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum, Akil Mochtar,
Suryadharma Ali, dan Urip Tri Gunawan (Deutsche Welle). Mereka semua
adalah para pejabat tinggi Negara Indonesia yang sudah tertangkap dan di penjara
karena kasus korupsi.
Dari data tersebut dapat menunjukkan
seberapa rusaknya karakter bangsa Indonesia saat ini. Sangat buruk dan bahkan
sudah berada di tahap kritis. Untuk itu, perlu diadakannya suatu model
pendidikan yang tepat untuk mendidik masyarakatnya dan mengubah karakter bangsa
ini menjadi lebih baik. Tidak mudah memang mengingat masyarakat Indonesia yang
heterogen. Namun jika tidak dilakukan dan tidak pernah dicoba, maka kita sama
saja menyetujui akan kebobrokan karakter bangsa ini. Model pembelajaran yang
tepat untuk masyarakat di Indonesia saat ini adalah dengan diadakannya model
pembelajaran pendidikan karakter bangsa. Karena kita lihat bahwa yang menjadi
masalah utama adalah karakter. Apabila karakter masyarakatnya tidak terbentuk
dengan baik dan matang, maka tidak heran jika ke depannya kondisi Indonesia akan
lebih parah dari saat ini karena generasi yang akan datang tidak terdidik
dengan baik karakternya.
Fungsi dari pendidikan karakter ini
adalah untuk mengajak dan mengajarkan para generasi sekarang dan yang akan
datang untuk membentuk dan mengembangkan potensi yang dimilikinya masing-masing
agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan juga untuk mempertahankan
budaya Indonesia agar tidak mudah tergerus oleh budaya yang berasal dari luar
dan bersifat merusak pola pikir serta tingkah laku masyarakat Indonesia. Dengan
begitu, masyarakat Indonesia memiliki dasar karakter untuk menghadapi krisis
yang terjadi di masa yang akan datang. Tujuan dari pendidikan karakter ini pun
sudah pasti tidak jauh dari fungsinya tersebut, yaitu untuk membiasakan
berperilaku baik dan memiliki hati nurani yang baik sebagai manusia maupun
sebagai masyarakat Indonesia, mengembangkan dan membentuk manusia yang berpikir
kreatif, mampu untuk hidup mandiri, dan berwawasan kebangsaan. Menanamkan
keteladanan dan kepemimpinan pada setiap individu serta bertanggung jawab agar
generasi penerus ini sadar bahwa kondisi Indonesia ke depannya adalah tanggung
jawab mereka.
Nilai-nilai yang ditanamkan harus
sesuai dengan karakter bangsa tersebut, seperti nilai agama yang berarti
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang mendasarkan
pendidikan karakter dari nilai-nilai agama. Nilai pancasila yang berarti
nilai-nilai inilah yang mengatur kehidupan berpolitik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, kebudayaan dan termasuk juga seni. Dan nilai budaya yang
artinya mengharuskan masyarakat Indonesia berkomunikasi dan berperilaku dengan
masyarakat di dalam lingkup budaya Indonesia agar budaya yang telah dijunjung
tinggi oleh nenek moyang tidak hilang karena tergantikan oleh budaya luar.
Pendidikan karakter ini pun dapat dimasukkan ke dalam pendidikan formal,
non-formal, dan informal. Jadi, sangat fleksibel dan mudah untuk diterapkan di
jenjang pendidikan apapun.
Pendidikan karakter ini menjurus pada
mendidik dasar dari karakter suatu bangsa. Jika karakter generasi penerus tidak
kuat untuk menghadapi problematika yang nantinya akan terjadi, maka jangan
heran jika masalah yang nantinya akan terjadi pun akan lebih krusial. Dengan diadakannya
pendidikan karakter ini semoga dapat menjadi tumpuan atau dasar dari berdirinya
bangsa ini, agar masalah yang terjadi seperti sekarang ini akan berkurang dan
masyarakatnya sadar akan pentingnya untuk bertoleransi, sadar akan kesalahan
yang dibuat, sadar akan pentingnya pendidikan, dan timbul kesadaran-kesadaran
lain yang mampu membawa perubahan kearah yang baik. Karena bangsa yang kuat
adalah bangsa yang tidak hanya menghargai jasa para pahlawannya, tetapi juga
terdidik karakternya sehingga dapat membawa perubahan yang lebih baik lagi
untuk Indonesia di masa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar