Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Mega Melissa: Pendidikan Karakter Sebagai Pondasi Karakter Bangsa


Dapat dilihat bahwa bobroknya karakter suatu bangsa terlihat dari banyaknya problematika yang terjadi, tidak hanya dari masyarakatnya namun pejabat tinggi negaranya pun ikut menyempurnakan kebobrokan karakter bangsanya. Sudah tidak asing lagi di Indonesia mendengar masalah-masalah seperti tawuran antarsekolah bahkan tawuran antar kampung, banyaknya kasus kematian yang disebabkan oleh narkoba, pejabat tinggi yang tidak memiliki rasa malu walaupun sudah jelas-jelas melakukan korupsi, kemiskinan yang terlihat jelas di setiap sudut kota-kota besar, dan konflik-konflik besar yang sebenarnya hanya karena masalah kecil yang tidak perlu untuk dibesar-besarkan.

Menurut data dari KPAI, jumlah tawuran antarpelajar semakin meningkat. Pada tahun 2012 telah terjadi 147 kasus dengan jumlah tewas 17 orang, tahun berikutnya 2013 telah terjadi 255 kasus dengan jumlah tewas 20 orang, tahun 2014 Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima 2.737 kasus kekerasan termasuk tawuran yang naik hingga 10% dan di tahun 2015 Komnas PA bahkan telah memprediksi kasus tawuran dan kekerasan meningkat sekitar 12-18%. Belum lagi ditambah dengan data penyalahgunaan narkotika yang mengalami peningkatan. Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), di Indonesia jumlah penyalahgunaan narkoba sekitar 200 juta orang meninggal per tahunnya (tempo.co). Penggunaan narkoba tercatat sebanyak 315 juta orang pada usia produktif 15 hingga 64 tahun. Dan yang paling terlihat bahwa lemahnya karakter bangsa ini adalah dari banyaknya pejabat Negara yang tertangkap dalam kasus korupsi, seperti Irjen Djoko Susilo, Luthfi Hassan Ishaaq, Rudi Rubiandini, Ratu Atut Choisiyah, Miranda S. Goeltom, Aulia Pohan, Burhanuddin Abdullah, M. Nazaruddin, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum, Akil Mochtar, Suryadharma Ali, dan Urip Tri Gunawan (Deutsche Welle). Mereka semua adalah para pejabat tinggi Negara Indonesia yang sudah tertangkap dan di penjara karena kasus korupsi.

Dari data tersebut dapat menunjukkan seberapa rusaknya karakter bangsa Indonesia saat ini. Sangat buruk dan bahkan sudah berada di tahap kritis. Untuk itu, perlu diadakannya suatu model pendidikan yang tepat untuk mendidik masyarakatnya dan mengubah karakter bangsa ini menjadi lebih baik. Tidak mudah memang mengingat masyarakat Indonesia yang heterogen. Namun jika tidak dilakukan dan tidak pernah dicoba, maka kita sama saja menyetujui akan kebobrokan karakter bangsa ini. Model pembelajaran yang tepat untuk masyarakat di Indonesia saat ini adalah dengan diadakannya model pembelajaran pendidikan karakter bangsa. Karena kita lihat bahwa yang menjadi masalah utama adalah karakter. Apabila karakter masyarakatnya tidak terbentuk dengan baik dan matang, maka tidak heran jika ke depannya kondisi Indonesia akan lebih parah dari saat ini karena generasi yang akan datang tidak terdidik dengan baik karakternya.

Fungsi dari pendidikan karakter ini adalah untuk mengajak dan mengajarkan para generasi sekarang dan yang akan datang untuk membentuk dan mengembangkan potensi yang dimilikinya masing-masing agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan juga untuk mempertahankan budaya Indonesia agar tidak mudah tergerus oleh budaya yang berasal dari luar dan bersifat merusak pola pikir serta tingkah laku masyarakat Indonesia. Dengan begitu, masyarakat Indonesia memiliki dasar karakter untuk menghadapi krisis yang terjadi di masa yang akan datang. Tujuan dari pendidikan karakter ini pun sudah pasti tidak jauh dari fungsinya tersebut, yaitu untuk membiasakan berperilaku baik dan memiliki hati nurani yang baik sebagai manusia maupun sebagai masyarakat Indonesia, mengembangkan dan membentuk manusia yang berpikir kreatif, mampu untuk hidup mandiri, dan berwawasan kebangsaan. Menanamkan keteladanan dan kepemimpinan pada setiap individu serta bertanggung jawab agar generasi penerus ini sadar bahwa kondisi Indonesia ke depannya adalah tanggung jawab mereka.

Nilai-nilai yang ditanamkan harus sesuai dengan karakter bangsa tersebut, seperti nilai agama yang berarti masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang mendasarkan pendidikan karakter dari nilai-nilai agama. Nilai pancasila yang berarti nilai-nilai inilah yang mengatur kehidupan berpolitik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan dan termasuk juga seni. Dan nilai budaya yang artinya mengharuskan masyarakat Indonesia berkomunikasi dan berperilaku dengan masyarakat di dalam lingkup budaya Indonesia agar budaya yang telah dijunjung tinggi oleh nenek moyang tidak hilang karena tergantikan oleh budaya luar. Pendidikan karakter ini pun dapat dimasukkan ke dalam pendidikan formal, non-formal, dan informal. Jadi, sangat fleksibel dan mudah untuk diterapkan di jenjang pendidikan apapun.

Pendidikan karakter ini menjurus pada mendidik dasar dari karakter suatu bangsa. Jika karakter generasi penerus tidak kuat untuk menghadapi problematika yang nantinya akan terjadi, maka jangan heran jika masalah yang nantinya akan terjadi pun akan lebih krusial. Dengan diadakannya pendidikan karakter ini semoga dapat menjadi tumpuan atau dasar dari berdirinya bangsa ini, agar masalah yang terjadi seperti sekarang ini akan berkurang dan masyarakatnya sadar akan pentingnya untuk bertoleransi, sadar akan kesalahan yang dibuat, sadar akan pentingnya pendidikan, dan timbul kesadaran-kesadaran lain yang mampu membawa perubahan kearah yang baik. Karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang tidak hanya menghargai jasa para pahlawannya, tetapi juga terdidik karakternya sehingga dapat membawa perubahan yang lebih baik lagi untuk Indonesia di masa yang akan datang.

Komentar